METODE PENGAJARAN IPS/ILMU SOSIAL
1.
Mengajar dan
Interaksi Edukatif Pada Pengajaran IPS
Pendidikan, atau disempitkan dalam
pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat sadar-tujuan, dengan
sistimetis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Perubahan yang dimaksud menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa
proses itu tujuan tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud disini adalah
proses pendidikan.
Karena mengajar merupakan peristiwa
bertujuan dan merupakan usaha yang sadar tujuan, maka mengajar harus
berlangsung dalam suasana dan situasi yang sesuai dengan peristiwa dan
usahatersebut. Interaksi edukatif adalah interaksi sosial yang harus memiliki
ciri-ciri:
a.
Ada tujuan
yang jelasakan dicapai.
b.
Ada bahan
yang menjadi isi proses.
c.
Ada pelajar
yang aktif mengalami.
d.
Ada guru
yang melaksanakan.
e.
Ada metode
tertentu untuk mencapai tujuan.
f.
Proses
interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1984 : 95) metode
pengajaran adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan. lebih lanjut S. Hamid Hasan mengemukakan pula bahwa metode
pengajaran adalah suatu cara yang di gunakan guru untuk memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada siswa dalam belajar. dari kedua definisi tersebut dapat
di tarik suatu kesimpulan bahwa metode pengajaran PS adalah suatu cara yang di
gunakan oleh guru agar siswa memiliki kesempatan belajar sebanyak-banyaknya
dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif.
Sehubungan dengan pemilihan dan penggunaan metode yang
ada untuk pengajarkan IPS, maka perlu lebih dahulu diketahui apa yang menjadi
tujuan pengajaran IPS. Edwin Fenton menyebutkan tiga tujuan pendidikan
IPS sebagai berikut :
1)
Pemerolehan
pengetahuan
2)
Pengembangan
keterampilan inkuiri
3)
Pengembangan
sikap-sikap dan nilai-nilai
Ketiga tujuan ini didasarkan pada taksonomi. Tujuan
penididikan menurut Benjamin S. Bloom dan Kawan-kawan mengenai tujuan
pendidikan kognitif (cognitif domain) dan klasifikasi David R. Krathwohl mengenai
tujuan pendidikan afektif (affective domain). Dua tujuan pertama menurut Fenton
termasuk kognitif dan yang terakhir termasuk aspek afektif.
Berkaitan dengan tujuan-tujuan pendidikan IPS di atas,
maka guru harus memilih metode yang dapat digunakan agar tujuan-tujuan
pendidikan itu tercapai. Metode-metode tersebut diantaranya sebagai berikut :
1)
Metode
ceramah adalah metode yang umum dipakai. Di dalam bentuknya yang klasik guru
memberi ceramah (expository), sedangkan siswa duduk mendengar, mencatat, dan
menghapal
2)
Metode
diskusi, jika metode ceramah belum dinilai cukup efektif, maka setelah guru
selesai berceramah dapat diikuti dengan diskusi antara guru dengan siswa atau
antara siswa dengan siswa lainnya mengenai materi yang dibahas.
3)
Metode Tanya
Jawab berlangsung dalam interaksi antara guru dan siswa setelah guru selesai
berceramah/membahas materi. Dalam metode tanya jawab terdapat beberapa jenis
pertanyaan yang harus dikenali oleh guru, diantaranya :
a)
Pertanyaan
mengingat/hafalan tujuannya untuk mengungkap apakah siswa telah memperoleh dan
menguasai sejumlah informasi faktual yang diperlukan.
b)
Pertanyaan
deskriptif, siswa-siswa diminta untuk memberikan penjelasan/jawaban (deskripsi)
yang lebih rinci fakta yang mereka ketahui, membandingkannya, kemudian
menghimpun dan megorganisasikannya.
c)
Pernyataan
menjelaskan, siswa tidak saja mengingat dan mengorganisasikan jawaban tetapi
juga membuat kesimpulan.
d)
Pertanyan
sintesis, siswa diminta untuk menghimpun, mengkombinasikan, menghubungkan, atau
menyambung bagian-bagian isi atau fakta.
e)
Pertanyaan
memilih, siswa diminta untuk memilih di antara alternatif-alternatif, membuat
pertimbangan atas dua atau lebih kemungkinan terbaik menurut kriteria yang
kemungkinan terbaik menurut kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
f)
Pertanyaan
terbuka, siswa diminta mencari dan menentukan jawaban yang dapat diterima.
4)
Metode
Proyek, pegertian proyek di sini ialah semacam penelitian (inkuiri) yang
dilakukan di luar kelas/sekolah yang dilakukan oleh siswa kemudian hasil akhir
dibawa dan dibicarakan bersama di dalam kelas.
5)
Metode Karya
Wisata. Siswa dibawa menggunjungi objek-objek pemukiman transmigrasi, situs
sejarah, museum atau tempat wisata yang relevan.
6)
Metode
bermain peran (tole playing). Termasuk simulasi atau sosio drama.
7)
Metode
inkuiri/discovery, termasuk metode yang paling canggih yang menuntut
fakta-fakta dan generalisas-generalisasi.
2.
Kedudukan
Guru Dalam Pengajaran IPS
Pada proses mengajar dan interaksi
edukatif, guru menjadi pelaksana dan penyelenggaranya. Dalam rangka pengajarn
IPS, guru memiliki kedudukan tertentu yang sesuai dengan peranannya sebagai
Guru IPS. Tetapi secara umum, kecakapan dan kemampuan yang dituntut itu,
berlaku pula bagi guru di jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hanya
barang kali bobot, pendalaman dan luasnya berbeda-beda sesuai dengan tingkat dan
jenjangnya masing-masing.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi
dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang
kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Yang akan dikemukakan disini adalah
peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1.
Demonstrator
2.
Manajer/pengelola kelas
3.
Mediator/fasilitator
4. Evaluator
2.1 Kemampuan Mengorganisasikan dan
Menjabarkan Materi Pelajaran ke dalam Bentuk yang Mudah Dilaksanakan, Mudah
Dikelola, dan Mudah Dimengerti Oleh Murid
Kriteria kompetensi diatas, merupakan salah satu kunci keberhasilan guru
mencapai tujuan instruksional IPS. Oleh karena itu, kriteria ini perlu
dijabarkan lagi lebih lanjut.
I.
Menaruh
Minat yang Penuh terhadap IPS
Salah satu kunci yang dapat memperlancar tugas melaksanakan pengajaran secara
wajar, kita harus memiliki minat yang penuh dan sungguh-sungguh. Kita tidak
akan berhasil secara wajar melaksanakan tugas mengajarkan, jika kita sebagai
guru tidak menaruh minat dan perhatian yang sungguh-sungguh terhadapnya. Dengan
minat dan perhatian yang besar, tidak ada hambatan dan tantangan yang tidak
dapat kita atasi. Apapun tugas yang harus kita laksanakan berkenaan dengannya,
selalu akan kita dapatkan jalannya.
II.
Menguasai
Hakekat IPS
Menaruh minat yang penuh belum dapat menjadi jaminan yang maksimal terhadap
keberhasilan mencapai tujuan instruksional tersebut. Kita harus menguasai benar
hakekat, ruang lingkup, konsep, dan prinsip tersebut. Guru IPS harus meguasai
dan meyakini sepenuhnyaang IPS yang menjadi bidang studi yang harus
diajarkannya.
III.
Berjiwa
Wiraswasta
Untuk mampu mengoranisasikan dan menjabarkan materi pelajaran IPS kedalam
bentuk-bentuk yang praktis operasional, guru tidak boleh memiliki sikap mental
menunggu, melainkan harus penuh dengan gagasan dan inovatif terhadap tugas yang
menjadi bagian dari profesinya. Dengan kemampuan yang ada pada dirinya, guru
harus menjadikan tugas tersebut sebagai tantangan yang dapat meningkatkan
kemampuanyang ada pada dirinya.
2.2
Kemampuan
MenggunakanVariasi Strategi Pengajaran Kelompok Besar, Kelompok Kecil, dan
Murid Secara Individual
I.
Dasar Kepemimpinan
Pada hakekatnya guru adalah seorang
pemimpin di tengah anak didiknya. Guru harus mampu mengelola murid ke dalam
bentuk ukuran kelompok sesuai dengan pengembangan pribadi anak dan sesuai
dengan pokok bahasan yang harus dikembangkan. Salah satu misi pengajaran IPS
adalah mengembangkan pribadi anak untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan
mampu bekerja sama dengan pihak lain dan bidang keahlian atau keilmuan lainnya.
Muruid-murid harus dilatih melakukan proses belajar melalui kekuatan pribadinya
secara individual dan dalam bentuk kelompok. Guru sebagai seorang pemimpin
harus mengelola proses tadi secara efektif, efisien, dan produktif. Guru harus
menguasai strategi untuk menciptakan situasi dan suasana yang serasi.
II.
Dasar
Stimulator
Guru harus menggali materi yang
diajarkan dari fakta dan gejala, dan bahkan masalah social yang praktis terjadi
sehari-hari di masyarakat, bukan hanya ia sendiri yang harus aktif menggali
materi tadi, melainkan lebih jauh daripada itu harus mampu memberikan stimulasi
dan dorongan kepada murid untuk menggali dan mengungkapkan hal-hal yang terjadi
di masyarakat yang dapat dipelajari lebih lanjut. Guru harus mampu
membangkitkan minat dan perhatian murid-murid terhadap berbagai ketimpangan dan
masalah social yang terjadi disekitarnya. Melalui cara ini, kepekaan anak didik
terhadap berbagai gejala kehidupan social menjadi bertambah tajam, sehingga
mereka dapat diharapkan menjadi warga masyarakat yang aktif, kreatif, dan
terampil fisik-biologisserta mental psikologis.
III.
Dasar
Kemampuan Melakukan Pengajaran TIM
Guru harus
meiliki kemampuan mengorganisasikan pengajaran IPS dan murid-murid peserta
didiknya seefektif-efektifnya. Harus dapat mengatur kelompok, waktu, orang yang
membantu dalam pelaksanaan mengajar termasuk segala perlengkapannya, sehingga
murid-murid dapat mengembangkan pribadi dan tanggung jawabnya masing-masing.
Guru harus mampu mengatur strategi, baik yang berkenaan dengan ruangan, jumlah
murid, waktu, maupun yang berkenaan peralatan yang digunakan pada proses
belajar-mengajar, agar tujuan pengajaran mencapai hasil yang maksimal.
2.3
Kemampuan
Melibatkan Murid Secara Aktif dan Langsung Dalam Mempelajari IPS
Kompetensi
guru yang terakhir ini merupakan pencerminan kecakapan-kecakapan yang telah
dikemukakan diatas. Kemampuan melibatkan murid secara aktif ini menuntut
kemampuan guru sebagai pemimpin, sebagai stimulator, sebagai motivator, dan
sebagai seorang Wiraswasta pada bidang pendidikan.
3.
Murid
Peserta Pengajaran IPS
Pada
pengajaran IPS, murid bukan hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi
yang diajarkan melainkan mereka harus diperlakukan sebagai subyek yang
menjalani proses belajar secara aktif.
3.1. Kondisi
Dan Perkembangan Mental Murid
Kemampuan mental anak didik sesuai
dengan tingkat umur dan pengalamannya. Kemampuan mental tadi pada umumnya
berkembang mulai dari tingkat umur atau tingkat pendidikan yang rendah menuju
ke arah kematangan pada tingkat umur atau tingkat pendidikan yang tinggi. Anak didik
tidak boleh dikorbankan dan diperkosa oleh ambisi guru yang bermaksud
memberikan materi seluas dan sedalam mungkin. Kemampuan dan perkembangan mental
anak didik harus dijadikan salah satu ukuran menentukan bobot materi dan metode
penyajian yang paling serasi.
3.2. Dasar Kesadaran Mental Murid
Anak didik yang menjadi subyek dan obyek pengajaran memiliki dasar kesadaran mental yang harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Minat anak didik menjadi modal yang sangat berharga pada pengajaran IPS. Jika guru telah dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat murid-murid terhadap pengajaran yang diajarkan kepada mereka, telah terbukalah jalan untuk menanamkan isi pelajaran tersebut kepada mereka. Tetapi bila pada kesempatan pertama guru sudah tidak berhasil menarik perhatian para muridnya, jangan diharapkan bahwa proses pengajaran selanjutnyaakan mencapai hasil yang maksimal. Minat anak didik pada pengajaran IPS jangan dianggap remeh, bahkan harus dijadikan sumber daya yang sangat berharga. Penyajian materi dan proses penyampaiannya harus tetap dipertahankan menarik bagi para anak didiknya. Kelucuan yang menarik yang kadang-kadang meledak di tengah-tengah pelajaran, dapat menyegarkan suasana proses belajar mengajar.
Dengan dilandasi oleh hal-hal yang menarik dan merangsang keingintahuan, anak didik didorong untuk membuktikan sendiri apa yang telah dipelajarinya dengan kenyataan yang ditemuinya sehari-hari. Dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang dipelajarinya, menjadi dasar bagi seorang murid utuk menjadi peneliti dan meningkatkan kemampuannya melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi.
3.3. Potensi Yang Harus Dikembangkan Dari Murid
Potensi anak didik yang harus dikembangkan melalui pengajaran IPS yaitu mengenai sikap mentalnya, daya rasionalnya, daya emosionalnya, dan keterampilan baik keterampilan mental psikologisnya maupun fisik biologisnya. Melalui pengajaran yang terarah dan mantap, sikap dan mental daya rasional, daya emosional, keterampilannya dibina ke arah kematangan dan kedewasaan.
4. Tehnik,
Strategi, dan Metode Pengajaran IPS
Menurut Husein Akhmad dkk(1981;58)
seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan faktor –faktor
yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah :
a. Pengajar
(guru)
b. Siswa
c. Tujuan yang akan dicapai
d. Materi
/bahan
e. Waktu
f. Fasilitas yang tersedia
2. Macam – Macam Metode Pendekatan Pembelajaran IPS
a. Contectual teaching and learning
(CTL)
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Karakteristik pendekatan pembelajarn CTL adalah :
1. Kerja sama
2. Menyenangkan.
3. Pembelajaran terintegrasi
4. Menggunakan berbagai sumber
5. Siswa (aktif,kreatif,dan kritis) ,guru (harus kreatif).
6. Dinding kelas dan lorong –lorong penuh dengan hasil karya siswa,misalnya peta,gambar,ceritera,puisi.
7. Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor,tetapi dapat berupa hasil karya siswa,misalnya laporan / tugas,karangan.
Menurut Widyaiswara LPMP (2005)
,menyatakan bahwa guru dikatakan telah menerapkan pendekatan pembelajaran CTL
apabila menempuh tujuh komponen,sebagai berikut :
1.Mengembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri, dan
mengkontrak sendiri pengetahuannya.
2.Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik / pokok bahasan.
3.Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan.
4.Menciptakan masyarakat belajar,misalnya belajar dalam kelompok – kelompok.
5.Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran .
2.Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik / pokok bahasan.
3.Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan.
4.Menciptakan masyarakat belajar,misalnya belajar dalam kelompok – kelompok.
5.Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran .
6.Melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara dan subyektif mungkin.
Unsur yang terkandung dalam CTL antar lain :
1. Konstruktivisme ( constructivism )
2. Menemukan ( inquiry )
3. Bertanya ( Questioning )
4. Masyarakat belajar ( learning community )
5. Pemodelan ( modeling )
6. Refleksi (reflection )
7. Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment )
b. Cooperative learning
Cooperative learning atau sering
disebut dengan kooperasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berisi
serangkaian aktivitas yang diorganisasikan. Pembelajaran tersebut
difokuskanpada pertukaran informasi terstrukturantar sisswa dalam kelompok yang
bersifat social dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya masing – masing.
Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model cooperative learning yang baru dikembangkan,antara lain:
Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model cooperative learning yang baru dikembangkan,antara lain:
Ø Saling ketergantungan
Ø Tanggung jawab perseorangan
Ø Tatap muka
Ø Komunikasi antar anggota
Ø Evaluasi proses kelompok
Teknik
teknik pembelajarn cooperative learning
1. Teknik mencari pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami
suatu konsep atau infor masi tertentu yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya
siswa dapat mencari pasangna sambil belajar menggali satu konsep atau tema
dalam suasana yang menyenangkan. Tenik ini dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran da untuk semua tingkat usia anak.
2. Bertukar pasangan
Tenik dapat member kesempatan kepada
siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. Teknik ini jga dapat diterapkan
kepada semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik.
3. Berpikir berpasangna berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sendiri atau bekerjasama dengan siswa lain. Keunggulannya
adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini juga dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik
4. Keliling kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling
kelompok,masing – masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusinya dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
lainnya.
5. Jigsaw
Teknik dapat digunakan untuk
kegiatan pembelajaran membaca , menulis , berbicara , dan mendengarkan. Teknik
ini dapat diterapkan untuk semua kelas dan cocok untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia , IPA , IPS , dan Agama.
c. Metode karyawisata
Metode karyawisata dapat dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah , asalkan maksudnya memenuhi tujuan instruksional IPS. Seorang guru dapat menerapkan metode karya wisata yang terarah dan sesuai dengan tujuan instruksionalnya apabila guru memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Mengetahui hakikat metode karyawisata
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode karyawisata
3. Mengetahui langkah – langkah yang ahrus dilakukan sebelum pelaksanaannya
4. Mempunyai keterampialn memilih pokok – pokok bahasan yang cocok dikembangkan dengan metode karyawisata.
Fungsi metode karyawisata
1). Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan
2). Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan dan sebaliknya
3). Membekali pengalaman riil pada siswa.
Langkah – langkah metode karyawisata
1. Tahap persiapan
Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata ,persiapan teoritis ,persiapan perlengkapan, dan aspek – aspek lain yang menunjang pelaksanaan karyawisata.
2. Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan
Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan akan lancer.
3. Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat)
Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata.
Kelebihan dan kelemahan metode karyawisata
Ø Kelebihan metode karyawisata
1. Siswa dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi.
2. Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah – masalah dengan cara melihat ,mencoba dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari.
3. Siswa dapat pula mendapatka informasi langsung dari narasumber.
Ø Kelemahan metode karyawisata
1. Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran.
2. Perlu pengawasan dan bimbingan guru.
3. Jika obyek yang dikunjungi terlalu jauh letaknya,menyulitkan transportasi dan pembiayaan.
4. Jika pelaksanaan karyawisata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan minat siswa terhadap karyawisata , sehingga tujuannya tidak tercapai.
d. Metode role playing (bermain peran )
Metode role playing tidak bias lepas dari metode sosiodrama , sebab keduanya sama - sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Role playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan , sikap , tingkah laku ,nilai dengan tujuan menghayati perasaan , sudut pandang , dan cara berpikir orang lain.
Dengan demikian roel playing merupakan sutau teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai – nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
Tujuan dan manfaat role playing (menurut shaftel)
1. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup.
2. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya.
3. Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu.
4. Sebagai penyaluran / pelepasan ketegangan dan perasaan – perasaan.
5. Sebagai alat diagnosa keadaan kemampuan siswa.
6. Pembentukn konsep secra mandiri.
7. Menggali peranan – peranan daripada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian / keadaan.
8. Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah , berfikir kritis , analisis , berkomunikasi , hidup dalam kelompok dan lain – lain.
9. Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya , cara berfikirnya , dan perbuatannya.
Langkah – langkah role playing
1. Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritera dari guru )
2. Memilih siswa yang akan berperan
3. Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi
4. Mengatur panggung / ruang
5. Permainan
6. Diskusi dan evaluasi
7. Permainan berikutnya
8. Diskusi lebih lanjut
9. Generalisasi
Masalah – masalah social yang dapat dijajaki dengan metode role playing adalah sebagai berikut :
1. Masalah pertentangan antar pribadi – pribadi
2. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkapkan masalah hubungan antar suku , bangsa , kepercayaan.
3. Masalah kemelut pribadi kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya , juga antara kelompoknya dengan kemauannya.
4. Masalah masa lampau dan sekarang .
e. Metode simulasi
Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura –pura dan simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura – pura. Sebagai metode mengajar, simulasi diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
Tujuan simulasi
1. Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari – hari.
2. Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3. Untuk latihan memecahkan masalah.
Manfaat metode simulasi
1. Belajar tentang persaingan
2. Belajar kerjasama
3. Belajar emphaty
4. Belajar tentang system social
5. Belajar konsep
6. Belajar menerima hukuman
7. Belajar berpikir kritis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar