Masukkan keyword yang anda cari di sini

Kamis, 29 September 2016

Jatuhnya Kerajaan Banten ditangan VOC


Jatuhnya Kerajaan Banten ditangan VOC
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil membawa Banten mencapai puncak kejayaan. Dan dia berhasil memajukan pertanian, memperluas wilayah kekuasaan dan berhasil menyusun angkatan perang yang sangat disegani. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa ini permusuhan antara VOC dan Bantensemakin bergejolak karena adanya perusakan 2 kapal Belanda yang dinilai terlalu memaksa untuk memonopolikan perdagangan di Banten. Akibat hal itu membuat terus terjadinya konflik antara Banten dan VOC. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memperluas wilayahnya sehingga VOC mulai terancam karena pengaruh Sultan Ageng Tirtayasa yang makin luas. Pada tahun 1655 VOC mengusulkan kepada Sultan banten agar melakukan Pembaharuan perjanjian yang sudah hampir 10 tahun dibuat kakeknya di tahun 1645, tetapi Sultan Ageng Tirtayasa dengan tegas bersikap tidak perlu melakukan pembaharuan selama pihak VOC ingin menang sendiri.
Pada akhir masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul  konflik di dalam istana, Konflik ini VOC dengan politik device et impera (politik adu domba). Konflik tersebut timbul karena putra mahkota (Sultan Haji) diangkat menjadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipegang oleh ayahnya yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dan dibantu oleh putranya sendiri yaitu Pangeran Arya Purbaya. Pemisahan urusan pemerintahan ini dimanfaatkan VOC untuk mendekati dan menghasut Sultan haji untuk menjatuhkan Sultan Ageng Tirtayasa. Ambisi Sultan Haji inilah yang menimbulkan konflik dengan ayahnya , yaitu Sultan Ageng Tirtayasa.  Dukungan Sultan haji kepada VOC  dikarenakan adanya pendekatan dan penghasutan yang dilakukan oleh W. Caeff (wakil Belanda di Banten), karenanya Sultan Haji mencurigai  Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya Sultan Arya Purbaya, sebab Sultan Haji takut dirinya tidak bisa naik tahta di Kesultanan Banten karena masih ada Pangeran Arya Purbaya. Akhirnya Sultan Haji meminta bantuan VOC dan menerima persyaratan yang diajukan mereka.
Pada taun 1680, Sultan Ageng Tirtayasa berniat untuk perang melawan VOC ketika para pedagang Banten dianiaya. Namun sebelum perang dimulai muncul permasalahan Sultan Haji ingin  mengambil alih kekuasaan. Kemudian Sultan Haji menawan Sultan Ageng di kediamannya. Sultan Haji tidak setuju kepada Sultan Ageng yang menentang Belanda sehingga timbulah perang saudara antar keduanya. Dan perangpun tidak dapat dihindari.
Sultan Haji untuk memperkuat posisinya, dia mengirimkan 2 orang utusannya untuk menemui raja Inggris di London pada tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan dan bantuan persenjataan dari raja Inggris tersebut.
Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut “Tirtayasa”. Namun pada tanggal 28 Desember kawasan ini dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Ageng Tirtayasa bersama putranya yang lain yaitu Pangeran purbaya dan Syekh Yusuf dri Makassar mundur ke arah selatan Pedalaman Sunda. Sultan Haji menyuruh 52 orang keluarganya untuk membujuk Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah berhasil dibujuk, Sultan Haji dan VOC menggunakan tipu muslihat dengan mengepung iring – iringan Sultan Ageng Tirtayasa menuju istana Surosowan pada tanggal 14 Maret 1683. Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf berhasil lolos. Namun Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh artileri Belanda dan kemudian ditahan di banten lalu dipindahkan ke batavia sampai meninggal pada tahun 1692. Sementara VOC terus mengejar dan berusaha memathkan perlawanan pengikut dari Sultan Ageng yang masih berada pada pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf.
Pada tanggal 5 Mei 1683 VOC mengirim Untung Surapati yang mempunyai pangkat Letnan beserta pasukan Balinya untuk bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits Van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, dimana pada tanggal 14 Desember 1683 gabungan pasukan tersebut berhasil menawan Syekh Yusuf. Pangeran Purbaya menyerahkan diri karena terdesak dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya. Pada saat perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler, dan terjadi pertikaian antara Untung Surapati dengan pasukan VOC  yang dipimpin Willem Kuffeler. Puncak pertikaian antara mereka berdua yaitu pada tanggal 28 Januari 1683. Untung Surapati beserta pengikutnya menghancurkan pos pasukan Willem Kuffeler. Akibat menghancurkan pos pasukan  Willem Kuffeler, Untung Surapati dan pasukannya menjadi buronan VOC . Akibat dari pertikaian antara mereka berdua membuat perjalanan Pangeran Purbaya sampai di Batavia memakan waktu yang lama yaitu pada tanggal 7 Februari 1684 Pangeran Purbaya baru sampai di Batavia.
Sultan haji membayar VOC karena telah mau memberikan bantuan dan dukungan kepadanya, sehingga Sultan Haji berhasil memenangkan peperangan. Sultan Haji membayara VOC dengan memberikan kompensasi kepada VOC diantaranya : Pada tanggal 12 Maret 1682, wilayah lampung diserahkan kepada VOC  seperti yang tertera pada surat yang diberikan Sultan Haji kepada VOC  seperti yang tertera pada surat yang diberikan pada Sultan Haji  kepada mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat tersebut kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian yaitu pada tanggal 22 Agustus 1682 sehingga membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Selain pada perjanjian 22 Agustus 1682 juga didasarkan pada perjanjian tanggal 17 April 1684, Kesultanan Banten yang diwakili oleh Sultan Abdul Kahar, Pangeran Dipaningrato, Kyai Suko tajuddin, Pangeran Natanagara, dan Pangeran natawijaya dengan VOC diwakili oleh Komandan dan Presiden komisi Francols Tack, kapten Herman Dirkse Wonderpoel, Evenhart Van der schuer, serta kapten Bangsa Melayu Wan Abdul Bagus. Perjanjian tersebut berisi bahwa Sultan Haji Harus mengganti kerugian perang kepada VOC. Akibat dari perjanjian tersebut maka lenyaplah kejayaan dan kemajuan Kesultanan Banten karena ditelan monopoli dan penjajahan VOC dan Kerajaan Banten berada diambang keruntuhan.
Penderitaan rakyat semakin berat karena rakyat dipaksa untuk menjual hasil pertaniannya, terutama pada lada dan cengkih kepada VOC melalui pegawai Kesultanan yang ditunjuk dengan harga yang sangat rendah. Sultan hanya seolah – olah pegawai VOC dalam hal pengumpulan  lada dari rakyat. Sultan harus membayar biaya perang pedagang – pedagang Inggris, Perancis, dan Denmark diusir karena telah membantu Sultan Ageng Tirtayasa dalam perang saudara lalu.
Setelah Banten diambang kehancuran, Sultan Haji yang memegang kekuasaan . Pada masa Kekuasaannya  Banten semakin porak – poranda dengan maraknya kerusuhan, pemberontakan, pembunuhan, perampokan  dan kekacauan di berbagai bidang sering terjadi dimana – mana. Pada masa pemerintahan Sultan Haji, sebagian rakyat tidak mengakui Sultan Haji sebagai Sultan, sehingga kehidupan Sultan haji selalu gelisah dan ketakutan. Dia menyesal karna telah memberi perlakuan yang buruk kepada ayahnya sendiri, saudara, sahabat dan prajurit – prajurit yang setia. VOC yang dulu dianggap shabat dan pelindunnya, akhirnya menjadikan Sultan Haji sebagai budaknya karena dia harus menuruti semua keinginan VOC. Karena tekanan akhirnya  Sultan Haji jatuh sakit dan meninggal dunia pada tahun 1687. Setelah meninggalnya Sultan Haji, VOC mulai memegang kekuasaan di Kesultanan Banten. Setelah banten dikuasai oleh VOC , kemudian VOC menetapkan aturan yaitu pengangkatan para Sultan Banten harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia – Belanda di Batavia. Setelah Banten dikuasai VOC , kemudian VOC menunjuk Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat sebagai Sultan untuk menggantikan Sultan Haji. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya berkuasa selama 3 tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya yaitu Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal dengan gelar “Kang Sinuhun Ing Nagari Banten”.
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan di masa selanjutnya. Konflik antara penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada akhir pemerintahan Sultan Abdul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin diantaranya perlawanan Ratu bagus dan Kyai Tapa, yaitu pada tahun 1751 dengan pasukan 7000 orang dipimpin oleh ratu bagus dan Kyai Tapa melakukan serangan terhadap titik pertahanan VOC. Namun karena persenjataan tidak seimbang membuat Ratu bagus dan Kyai Tapa mengalami kekalahan. Akibat konflik yang berkepanjangan di Banten, Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya, sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi Vassal dari VOC.
Sumber : Sejarah SMA/MA Kelas X.
                 Kemdikbud 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar