Sepatah Kata
Seribu Bencana
Cerpen
Karangan: Irfan Saepudin
Gemerlap kelap-kelip cahaya pasukan bintang di
angkasa raya, suguhan panoramanya begitu indah tak boleh dipandang sebelah
mata. Akan tetapi, bertolak belakang dengan keadaan di sepanjang jalan Pangeran
kornel ini. Lampu-lampu jalanan raya bersinar redup, lebih tepatnya ke
remang-remang. Tak ada satu pun pejalan kaki ataupun pengendara bermotor,
berkeliaran di jalan ini, hanya satu atau dua kendaraan yang berani lewat, itu
pun kendaraan umum seperti angkot ataupun bus mini. Suasananya sangat mencekam,
apalagi sekarang adalah jam tengah malam. Waktunya para arwah dan hantu
penasaran bergentayangan.
Aku baru saja pulang bekerja. Entah kebetulan atau nasib belaka, aku
diturunkan paksa oleh kondektur bus.“Cepat turun!”
“Ta-pi mang…”
Belum saja melanjutkan perkataanku, benda ini pun berhenti dan aku didorong ke luar pintunya.
“kihhh.. Sial..” pekikku
Aku kesal karena tas yang berisi pakaianku masih di bus itu, hanya pakaian yang kukenakan, dan dompet serta handphone masih tersisa.
Brungg…!
Seketika, bus itu dipacu dengan kecepatan tinggi.
“Dasar sopir sama kondektur gak punya otak, udah nurunin aku seenaknya, sekarang kabur cepet-cepet. Tabrakan, baru tau rasa!” Aku menggerutu sambil merapikan pakaian yang kusut ini, karena ditarik paksa tadi. Dan lalu berjalan perlahan ke arah wetan.
Tak lama kemudian, terdengar suara kempisan rem bus di arah belakang yang disusul dengan suara tabrakan.
Psshhhh.. Brakkk!
Aku pun kaget, karena ucapanku tadi menjadi kenyataan. Bukannya melihat peristiwa itu di tempat kejadian, aku malah berlari ketakutan, aku tak kuasa menahan detak jantung yang semakin menjadi-jadi, hela napasku semakin tidak beraturan.
Akhirnya aku menemukan halte di pinggir jalan, rasanya aku terselamatkan. Aku pun duduk di salah satu bangku, untuk menenangkan diri.
“huh.. huh.. huh… Alhamdulillah!”
“Untung saja ada halte, mana jalanan dari tadi gelap amat. Kalau terang gini kan gak bakalan takut sama hantu. Ada hantu, paling hantu gak ada kerjaan, hihi.” lanjutku dalam hati.
Tak satu menit aku duduk di sana, tiba-tiba lampu halte itu mati-menyala tak beraturan, seperti dipermainkan.
“Astaga.. Apa lagi ini..” celotehku dalam hati.
Ada sesuatu yang menarik kaki ku, tangan ku, ya.. dan juga baju belakangku. Aku pun mencoba memberanikan diri untuk melirik ke arah belakang kursi yang aku duduki.
Terlihat samar bayang-bayang hitam dari balik tubuhku, wajahnya terlihat horor, kedua bola matanya meleleh ke luar dari kelopak mata. Dia seperti orang yang gosong akibat tersengat listrik, pikirku dalam hati.
Aku berusaha bangkit dan berdiri, tapi rasanya badanku telah kaku dan mati. Tak ada satu kata pun terlontar dari bibirku, sampai-sampai aku tak mengingat ayat ayat suci Al-Qur’an akibat ketakutan.
Aku mencoba memejamkan mata sambil menenangkan diri, tatkala itu, lampu halte itu pun kembali menyala. Namun, tubuhku terasa didorong oleh seseorang dari belakang. Dan Makhluk tadi pun menghilang.
Bugghh..!
Kepalaku terluka, mengenai tiang halte yang ada di depan. Darah segar menetes dari pelipis ku.
Aku bangkit dibantu dengan memegang tiang yang kutabrak tadi, tak sengaja sebuah kabel putus yang masih beraliran listrik di tiang itu aku pegang.
“Aaaaaaaa….” teriakku
Masih sempat saja aku berpikir, meski dalam keadaan tersengat listrik bertegangan tinggi. “Apa aku akan mati…?” Itulah yang terus aku pikirkan saat itu.
Mulai, mataku terasa berat dan semakin terasa akan ke luar dari kelopak matanya. Badanku terasa lemas, detak jantungku mulai enggan berdetak lagi.
Mati..!!
“Bangun fan.. Ini udah siang, apa kamu gak masuk kerja?” teriak seseorang yang tak lain adalah ibuku.
Aku membuka mata dan bangkit dari ranjang, namun ada hal yang ganjal. Aku merasa pelipisku sakit, segera aku pun merabanya dengan tangan kananku.
Benar saja, ada bekas luka dan darah yang mengucur dari pelipis ku.
“What The F*ck.. Apa sebenarnya ini?” tanyaku dalam hati.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar