Kamu yang sangat aku cintai, kamu yang sangat aku banggakan, kamu yang sangat memberikan pengaruh besar dalam hidupku.
Iya, semua serba kamu, kamu  merupakan alasan terindah yang membuat hidupku menjadi lebih bermakna. Kau yang setiap waktu aku ceritakan kepada teman-temanku, tanpa mau tau apakah mereka bosan terhadap ceritaku itu atau tidak.
Bertahun tahun kita lewati hari bersama dalam satu lingkaran cinta yang menghangatkan. Aku sudah begitu dekat dengan keluargamu sampai akupun di anggap anak mereka sendiri, akupun sama menganggap mereka sebagai orang tuaku sendiri.
 Begitu banyak hal yang kamu janjikan terhadapku, mulai dari yang katanya kamu tidak akan Pernah pergi meninggalkanku, kamu yang akan selalu membimbingku sampai janji yang sangat aku dambakan selama bertahun-tahun, yaitu kamu meninginginkan aku menjadi ratumu di dalam satu rumah dengan ikatan halal.

Semenjak janji itu kamu ucapkan betapa bahagianya aku sampai aku menutup mata akan tingkah lakumu yang nyatanya kamu bermain di belakangku dengan perempuan itu tanpa sedikitpun aku menaruh raSa curiga terhadapmu. Saat itu semua berubah menjadi badai yang menghantam kehidupanku.
"Saat kamu melakukan itu apakah tidak ada perasaan bersalah sedikitpun di hatimu terhadapku? Tidakkah kamu bersalah terhadap semua janji-janjimu"
Janjimu tidak cukup sampai disitu, setelah aku mengetahui permainanmu kamu pun kembali berjanji dan berkata manis kepadaku "kamu prioritasku, kamu adalah rumahku, kamu ada tempatku pulang. Suatu saat aku akan mengemis ke kamu supaya kamu balik lagi ke aku, aku cuma butuh waktu"
Hampir limat bulan berselang aku menunggu ketidakpastian, kamu justru makin erat dengannya. Kamu tanpa kabar sedikitpun, pertemuan kita bahkan ketepatan janjimu pun hanya tinggal harapan belaka saja.
Entah apa yang aku rasakan saat ini, hatiku kebas, pikiranku kacau. Aku sendiri tidak tau harus berbuat dan berkata apalagi. Aku terbelenggu dengan keadaan ini.
"Dan sekarang aku sadar, bahwa semua janjimu hanya sekedar kalimat penenang belaka."