Masukkan keyword yang anda cari di sini

Kamis, 29 September 2016

Cerpen Karena Kami Adik Kakak



Karena Kami Adik Kakak

Namaku Misya Thalia, nama panggilanku isya. Hal yang paling aku sukai adalah hujan, walaupun umurku sudah 16 tahun, namun aku masih suka hujan-hujanan dan menari di bawah derasnya hujan. Sejak kecil aku tinggal bersama ibu angkat dan kakak angkatku, karena kedua orangtuaku sudah meninggal saat aku masih kecil. Aku sangat menyayangi mereka, walaupun kandang-kadang ibuku marah karena kenakalanku, begitu juga kakakku dia sangat menyayangiku dan sebaliknya, ketika ibukusedang ngomel dan marah-marah dialah yang suka membelaku walaupun sikapnya itu sangat lebay.
Kakakku itu bernama juna, umur kami beda 2 tahun. Kami masih sekolah di bangku sma. Kami selalu bersama dan dia selalu menjagaku dimana pun, apalagi ketika teman laki-laki menjailiku dia akan menghajarnya walaupun hanya karena hal sepele. Walaupun ia kadang berlebihan namun sikapnya itu sangat menunjukan kalau dia menyayangiku. Namun ada perasaan aneh dariku untuknya, perasaan yang tidak benar dalam hubungan kakak adik, bukan hanya sekedar rasa sayang, namun yang namanya rasa cinta juga hadir untuknya ketika aku memasuki kelas 1 sma. Rasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya kepada orang lain. Tetapi aku sadar, mereka sudah seperti ibu dan kakaku sendiri, jadi aku memutuskan untuk tidak menceritakan kepada siapapun dan sedikit demi sedikit mengurangi rasa sayang yang kurasakan untuknya.
Untuk mencurahkan perasaanku kepadanya, setiap hari aku selalu menulis tentangnya di buku diariku. Buku itu selalu kubawa kemanapun. pada hari itu ketika aku akan berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku membawanya ke sekolah. Ketika istirahat pertama, aku mencari buku diaryku di tasku, namun buku yang berharga itu tidak ada. Selama di sekolah aku hanya memikirkan soal diary itu. Yang aku takutkan hanyalah jika diary itu jatuh di rumah dan ibu menemukannya, aku takut ibu akan sedih dan kecewa karena anak perempuannya yang merupakan anak angkatnya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri menyukai anaknya laki-laki yang merupakan anak kandungnya.
Bel pulang pun berbunyi.
Seperti hari-hari biasanya aku dan kak juna pulang bersama menggunakan motor vespa klasik berwarna biru langit yang merupakan motor kesayangan kak jun. Selama di perjalanan, aku hanya diam tanpa sepatah kata apapun. Menyadari hal itu, kak jun terus bertanya tentang perasaanku saat itu, hampir semua pertanyaanya itu aku jawab dengan kata “enggak”.
Ketika sampai di rumah, ibuku sedang menyiapkan makan siang untuk aku dan kak jun. Selama makan siang berlangsung jantungku berdetak kencang aku takut hal yang aku takutkan terjadi, kerena sikap ibu sedikit berbeda, biasanya ia ngomel ketika kami pulang terlambat, padahal kami terlambat 1 jam dari jam biasanya, karena ban motornya bocor, namun ia hanya diam saja.
Setelah selesai makan siang kak jun pergi ke kamarnya. Lalu ibu memannggilku ke kamarnya. Perasaanku mulai tak karuan. Awalnya ibuku hanya diam saja sambil menatapku lalu tidak lama kemudian dia berkata bahwa dia meminta maaf karena membuatnya tidak bisa memiliki kak jun dan memintaku untuk melupakan kak jun karena ia tidak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi kepada hubungan keluarga kecil yang hangat ini. Ibu juga memintaku untuk tidak memberitahu tentang perasaannya kepada kak jun, ia sangat menyayangiku dan kak jun, jadi ia tidak ingin kehilangan salah satu dari kami. Aku berjanji kepada ibuku untuk melupakan cinta yang tidak wajar ini, dan menjadikan cinta ini sebagai cinta dalam hati. Cukup aku, tuhan, dan ibuku yang tau tentang perasaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar