BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Kesadaran akhlak adalah kesadaran
manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri
sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal
dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal
yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa
dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu
dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Seringkali
dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan
puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian
kepada Tauhid terlebih dahulu. Mengapa ? keduanya berkaitan erat, karena
mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan
sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa “Ibadah secara
bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.” (Tanbihaat
Mukhtasharah, hal. 28).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH adalah suatu istilah yang
mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak
(lahir).
Dari definisi
singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita ketahui di
antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan
ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji. Selain
ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun sebenarnya
bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja, misalnya :
- Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan tidak berdusta dan mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan yang bisa menyakiti hati.
- Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat.
- Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.
- Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang yang lebih tua dari kita.
- Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan.
- Menepati janji.
- Memerintahkan atau setidaknya menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar.
- Menjaga hubungan baik dengan tetangga.
- Menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan).
- Menyayangi hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal kita.
- Memanjatkan do’a, berdzikir, mengingat Allah kapan dan dimanapun kita berada.
- Membaca Al Qur’an.
- Mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya termasuk bagian dari ibadah.
Begitu pula rasa cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan
agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan
(takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap
qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya,
merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian
dari ibadah kepada Allah” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).
BAB II
ISI
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang
berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau
dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut
peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan
alam.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul
kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat
disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.
B. Etika Dibagi Atas Dua Macam
1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu
fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian
serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma
yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga
etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda.
Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementa etika
sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas
pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya
orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu
orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak
tergantung dengan apapun. Etiket memandang manusia dipandang dari segi
lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya
Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat
menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi
seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya
sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi
kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi
mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan,
santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam
masyarakat.
D. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina
atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah
karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa
yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang
lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan
memata-matai mereka.
e) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan
mencari-cari kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk
jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir.
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena
hal ini bertentangan dengan kewibawaan.
- Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu,
tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan
berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu,
karena yang demikian itu berarti menghormatinya.
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu
rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
b) Bagi tamu:
- Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang
fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang
faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.
- Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa,
tetapi hadirlah pada waktunya.
- Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali
kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan
kekurang apa saja yang terjadi pada tuan rumah.
3. Etika di jalan
a) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak
berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau
mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
b) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki
maupun perempuan.
c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan
sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk surga.
d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang
tidak dikenal.
4. Etika makan dan minum
a) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
b) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan
kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan
yang ada di tanganmu.
c) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan
minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya.
d) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam
keadaan menyungkur.
e) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan
diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala
dari makan dan minummu itu.
f) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan
membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah.
g) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.
5. Etika berbicara
a) Hendaknya pembicaraan selalu di dalam kebaikan..
b) Menghindari perdebatan dan saling membantah,
sekali-pun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta
sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana
di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun
bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
c) Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara
di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan:
"Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh
dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura
fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya: “Wahai
Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang
sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
d) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
e) Menghindari perkataan jorok (keji).
f) Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna
bagimu.
g) Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi
berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
h) Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang
menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan
dan pertentangan.
6. Etika bertetangga
a) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap
mereka.
b) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu
tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara,
dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya,
karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
c) Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran
kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah
yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud
menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d) Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada
tetangga kita.
e) Hendaknya kita tidak mencari-cari
kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan
seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
f) Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik
mereka terhadap kita.
8. Etika menjenguk orang sakit
a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
- Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan
mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si
sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.
- Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah,
selamat dan disehatkan.
- Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir
Allah SWT.
b) Untuk orang yang sakit:
- Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh
beramal shalih.
- Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat
bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah
lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan
untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan ketaatannya.
- Hendaknya cepat meminta kehalalan atas
kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan
hak-hak dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya.
9. Etika Berbeda Pendapat
a) Ikhlas
dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat.
b) Juga
menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
c)
Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah.
d) Sebisa
mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu denga cara
menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya
dengan tafsiran yang baik.
e) Berusaha
sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah
penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang.
f) Sedapat
mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.
g) Berpegang
teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah membantah dan
kasar menghadapi lawan.
10. Etika Berkomunikasi Lewat Telepon
a) Hendaknya penelpon
memulai pembicaraannya dengan ucapan Assalamu’alaikum, karena dia adalah orang
yang datang, maka dari itu ia harus
memulai pembicaraannya dengan salam dan juga menutupnya dengan salam.
b) Pilihlah waktu yang tepat
untuk berhubungan via telepon, karena manusia mempunyai kesibukan dan
keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu tidur dan istirahat, waktu makan dan
bekerja.
c) Jangan memperpanjang
pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang yang sedang dihubungi itu
sedang mempunyai pekerjaan penting atau mempunyai janji dengan orang lain.
d) Maka hendaknya wanita
berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan tidak melantur berbicara
dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi memperpanjang pembicaraan,
memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.
2. PENTINGYA IBADAH BAGI
UMAT BERAGAMA
Bagi setiap
manusia yang beragama perlu melakukan aktivitas keagamaan atau yang sering
disebut dengan Ibadah. Ibadah dalam kehidupan manusia menjadi sangat penting
bahkan sesntral, karena setiap hal yang dilakukan oleh orang yang beriman dapat
dieejadikan sebagai Ibadah.
Misalnya
sebagai seorang mahasiswa suatu kegiatan belajar, baik yaneg formal ataupun non
formal dapat dapat menjadi suatu kegiatan yang berilai Ibadah. Ibadah dapat
ternilai sebagai Ibadah, namun soal seberapa pahala yang dapat kita terima atau
soal diterima atau tidaknya suatu Ibadah yang telah kita lakukan itu hanya
ALLAH yang tahu, karena persoalan pahala adalah mutlak hak milik ALLAH, tidak
ada yang dapat mengingkari.
Jadi, kalau
di bicaraka mengenai pentingnya Ibadah maka Ibadah menjadi hal yag sangat
berpengaruh dalam setiap kehidupan manusia. Manusia membpumnyai banyak
kewajiban dalam hidupnya, baik kewajiban terhadap ALLAH, sesama manusia maupun
diri sendiri.
PENTINGNYA IBADAH SHALAT
Shalat
adalah pilar kedua dari lima pilar penting yang ada dalam Islam, dimana hal ini
harus dilakukan oleh setiap muslim sebanyak lima kali dalam sehari. Dengan
melaksanakan shalat, seorang muslim memenuhi satu syarat untuk dapat menggapai
surga. Nabi Muhammad saw, telah bersabda bahwa shalat adalah kunci untuk masuk
surga. ALLAH memerintahkan kita untuk selalu mengikuti cara-cara yang di
tunjukan Nabi Muammad saw, yang telah mengajarkan kita tentang pentingnya
shalat. Untuk mencapai tempat kebahagiaan yang tak terkira yaitu surga, setiap
muslim harus melaksanakan shalat pada waktunya, shalat adalah ibadah bukan
konvensi maupun ritual, tujuan shalaaat hanya untuk memuaskan ALLAH, bukan yang
lain, shalat menjaga umat Islam darai hal yang buruk. Orang yang melaksanakan
shalat biasany tidak berbong. Jiwanya dimuliakan karena takut akan keagungan
ALLAH.
Orang-orang
selalu sibuk dengan kegiatan keseharian mereka namun ketika mereka melaksanakan
shalat, mereka akan mengingat ALLAH, shalat membuat kita takut kepada ALLAH
pada setiap waktu kita melaksanakan shalat, dan ini sangat penting untuk kita
sebaqgaimana air membersihkan kotoran. Shalat membantu kita membuat pertahanan
yang baik melawan setan yang selalu ingin mencelakai dan menghancurkan kita.
Umatislam tidak bisa masuk surga tanpa melaksanakan shalat dengan benar. Juga
merupakan hal penting untuk diperhatikan bahwa shalat menciptakan hubungan
langsung antara muslim dengan ALLAH. Dengan melaksanakan shalat, muslim daapat
akses langsung pada kasih sayang ALLAH. Beberapa orang khususnya non-muslim
berfikir bahwa ALLAH membutuhkan shalat untuk menambah kekuatanNya. Tapi ini
tidak benar, ALLAH memiliki kekuatan yang tidak terbatas, dia tidak membutuhkan
doa-doa kita, melainkan kita yang butuh rahmatNya. Shalat hanya ditujakan
kepada ALLAH, tidak untuk menambah kekuatanNya, tapi untuk kepuasan ALLAH atat
makhlukNya.
Shalat
adalah perintah terakhir Nabi Muhammad kepada kita. Di hari pembalasan, shalat
adalah hal pertama yang diperhitungkan. Umat islam yang melakukan shalat dengan
baik, seluruh tingkah lakunya akan baik pila. Sebaliknya, jikan shalatnya
jelek, maka tingkah laku yang yang lainnya juga akan jelek. Namun, jika
non-muslim yang mengerjakan shalat, dia tidak akan mendapat pahala apapun di
hari pembalasan. Seorang non-muslim, pertama harus masuk islamadengan mengucapkan
dua kalimah Syahadad dengan iman yang lengkap, dan kemudian dia dapat
memperoleh manfaat shalat.
PENTINGNYA IBADAH SESUAI AL-QUR’AN DAN SUNNAH
“Dan
taatilah ALLAH dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat” (QS Al-Maidah:132).
Banyak
ayat-ayat dalam Al-Qur’an menyinggung
ketaatan kita pada ALLAH SWT dfan
pada Rasulul;lah SAW. Pedoman taat kepada ALLAH itu adalah Qur’an, dan hadist
sebagai ped pedoman taat pada Rasulullah.
Lihatah
dalil rasulullah seperti:”seluruh umatku akan masuk ke dalam surga, kecuali
yang menolak”, sahabat bertanya, siapakah yang menolak? Nabi Bersabda: “siapa
yang taat padaku akan masuk ke surga dan siapa yang durhaka padaku maka dia
telah menolak” (HR Bukhori).
Lihat juga
(QS Al-Kahfi: 103-106) “Katakanlah (Muhammad) ‘apakah perlu kami beritahukan
pada mu tentang orang yang paling RUGI perbuatannya?’ yaitu orang yang sia-sia
perbuiatannya dalam kehidun dunia, sedang mereka mengira telah melakukannya
sebaik-baknya. Mereka adalah orang-orang byang mengingkari ayat-ayat Tuhan dan tidak
percaya pertemuan dengandengan-Nya. Maka sia-sia lah amal mereka dan kami tidak
dan kami tidak memberi penimbangan terhadap amal mereka pada hari Qiamat”.
Diatas
beberapa dalil yang menjelaskan bahwa Ibadah itu sangatlah penting, karena
Ibadh adalah tiang agama dan Ibadah juga
merupakan amal atau perbuatan yang
akan ditimbang di hari Qiamat. Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan Hjadist yang
menjelaskan tentang pentingnya Ibadah.
BAB III
PENUTUPAN
Demikian
yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar