SEMARANG – Aliran Kali Semarang, tepatnya di sisi timur Pasar Kembang Jalan Dr Sutomo, diminta segera dinormalisasi. Sedimentasi di sungai itu sangat tebal, banyak sampah dan tumbuhan liar. Kondisi ini mengakibatkan aliran air tidak lancar. Sejumlah warga Kampung Wonosari, Kelurahan Randusari, yang bermukim di pinggir sungai dibuat waswas karena air akan meluap saat hujan deras. ”Kali Semarang berada persis di belakang rumah saya, kondisinya memprihatinkan. Sudah puluhan tahun, kali tersebut tidak pernah dikeruk. Kini, kedalaman air kurang dari 10 cm dan alirannya tidak lancar,” kata Suyitno (45), warga Wonosari, kemarin.
Sekitar 30 tahun lalu, lanjut dia, air di sungai tersebut masih jernih. Saat itu, kedalamannya berkisar 1 meter hingga 2 meter. ”Tapi sekarang dangkal. Banyak sampah kiriman dari atas. Biasanya tiap minggu, sampah kami bersihkan. Tapi belakangan ini tidak bisa, karena di sekitar lokasi sungai itu ada pembangunan proyek Pasar Kembang,” imbuhnya.
Warga lainnya, Lasmi (56) mengharapkan, revitalisasi Pasar Kembang
sebaiknya diiringi dengan upaya normalisasi sungai. Dengan begitu,
kawasan tersebut akan semakin indah. Apalagi dia mendengar bahwa tempat
tersebut akan dijadikan salah satu destinasi wisata. ”Ya kalau ingin
memperindah tempat ini, sungai juga harus ikut dibenahi, dikeruk dan
sampahnya dibersihkan. Jika ada wisatawan dari luar Semarang datang mau
beli bunga, tapi juga disuguhi dengan sungai yang kotor dan tidak
terawat,” ujarnya.
Cat Warna Warni
Terpisah, Kepala PSDAESDM Kota Semarang, Agus Riyanto mengemukakan,
Kali Semarang di dekat Pasar Kembang akan dikeruk dan dibersihkan.
Kawasan tersebut semakin indah seiring dengan adanya revitalisasi Pasar
Kembang. ”Sedimentasi di Kali Semarang memang sudah tinggi. Karena itu,
kami akan segera lakukan pengerukan di Kali Semarang. Nanti kami akan
gunakan dana operasional perawatan. Kami juga akan berkoordinasi dengan
pihak-pihak terkait agar pengerukan tidak mengganggu pembangunan Pasar
Kembang,” imbuhnya.
Untuk memperindah, pemkot juga berencana mengecat warna-warni rumah
warga di sisi kali, tepatnya di Wonososari atau dikenal dengan Gunung
Brintik. Pengecatan, terinspirasi dengan sejumlah perkampungan di
Indonesia dan luar negeri yang menghias rumah padat penduduk dengan
warna cat yang cerah. Rumah tersebut dapat dilihat dari Jalan Dr Sutomo,
karena daerah itu punya kemiringan sekitar 45 derajat. (K23, fri,
K18-74)
(SM Network)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar